berapa lama kau berkeliling?
jajakan jerihmu semalam suntuk
memasukkan butir demi butir bulatan imitasi
dalam senar lembut meski kau paksa
mata kuyumu menggerabak
pedas dan memerah
untuk sebuah untaian penghitung dzikir
baju kokomu bak gombal
peci putihmu sedikit mengabu
tasbih seribuan apa daya
musnah kau telan
bukan, bukan itu niatmu
kau begitu mencintai-Nya
lewat langkahmu tertatih lelah
bertuntun menderai mendekati maraja
jika senar itu putus?
masaimu menggarang
menjumput lagi dzikir berserakan
jari yang bergetar namun tegas
stasiun tua adalah saksi mati
memuseumkan memoar tilasanmu
hingga kau benar-benar membawa dzikirmu
tasbih-tasbihmu kepada-Nya
sepi, tak lagi menggelantung di langit-langit
per jengkal stasiun kini perindu
seret jepitmu, sobek celanamu
entahlah,
mungkin kau dalam kenisbian
mengarungi sayhadat, menggenggam solawat erat-erat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar