Jumat, 24 Februari 2012

Sejahat Apapun Waktu, Ia Tetap Lebih Baik dari Malaikat Sekalipun

      Waktu. Mungkin apa yang kalian pikirkan tentang waktu, tak jauh beda seperti apa yang kupikirkan tentangnya. Apalagi utuk kalian yang sedang meniti jalan makadam kehidupan. Waktu sangat jahat. Ia selalu mendatangkan berbagai momen yang tidak kalian inginkan. Momen yang jelas-jelas akan membuat kalian merasa tidak enak, sedih, sakit, dan hal buruk lain.
      Waktu juga kejam! Ia selalu mengambil apa yang kalian punya. Kebahagiaan kalian pergi karena waktu, orang-orang yang kalian sayang meninggalkan kalian juga karena waktu. Datangnya memang secara teratur dan pasti, tapi tentu saja tak ada yang tahu Ia datang membawa apa, hendak melakukan apa, dan untuk apa.
      Seandainya waktu adalah malaikat. Yang selalu datang membawa cokelat, permen, marsmallow, kebahagiaan lain yang lebih dari itu, atau apapun yang kita inginkan. Pasti tak akan ada tangis yang pecah, pekikan tertahan, teriakan keras, gumaman marah, dan sebagainya, dan sebagainya. Justru yang ada hanyalah dunia penuh bunga, berbau harum dengan wajah-wajah ceria seluruh penghuninya.
      Sayangnya that's imppossible. Pada kenyataannya banyak orang tersakiti karena waktu. Banyak orang terkhianati karena waktu. Menunggu dengan tangisan, menanti dengan gelisah, tapi waktu itu tak kunjung datang. Sekalinya datang, terkadang menyebalkan dan menyakitkan. Sejahat itukah waktu?
      TIDAK! Asal kalian tahu, Ia lebih baik dibandingkan malaikat sekalipun. Kenapa? Sekarang renungkan. Malaikat hanya memberi segalanya dengan instan dan cuma-cuma. Apa kalian akan menjadi manusia yang bersyukur dengan itu semua? Malaikat (seperti yang kita lihat di televisi geetooo:D) menolong orang hanya dengan ayunan tangan dan cling... semua masalah kelar. Apa kalian akan menjadi manusia yang kuat dengan itu? Justru waktu, dengan segala kesedihan dan hal buruk yang Ia bawa untuk kalian, Ia akan menjadikan kalian manusia yang sempurna. Manusia yang tegar, manusia yang kuat, dan manusia yang bersyukur atas apapun yang terjadi padanya.
      Sobat, aku menulis ini agar kalian tahu, semua keburukan bukan sepenuhnya kesalahan sang waktu.  Justru Ia adalah malaikat yang paling baik, guru paling pandai, dan petuah paling bijak. Karena sejahat-jahatnya Ia, adalah pelajaran bagi kita.:)

(Only you..:*)

Rabu, 22 Februari 2012

Satu-satunya Hati yang Selalu Ingin Kukunjungi

      Malam memang selalu sepi buatku. Hening dari segala pekikan, diam dari berbagai suara, dan bisu dari semua gumaman. Sendiri itu sangat MENYEBALKAN! Bagai hidup di ruang yang hampa, hitam samar, dan hanya kabut abu yang kulihat. Orang bebal pun pasti tahu itu. Tak ada yang bisa membuatku tertawa. Justru aku akan menagis. Entah mengapa aku ingin menangis, tapi memang pada kenyataannya, kesendirian dan kesepian selalu membuatku ingin menangis.:( Saat itulah aku ingin pergi. Pergi mencari keramaian. Mencari teman, tempat yang indah, dan sandaran yang kokoh. Ya, ke hatimu.
       Ke hatimu ku ingin pergi. Hatimu lah satu-satunya hati yang selalu ingin kukunjungi. Aku tahu, ada janji kebahagiaan di sana. Aku akan menemukan kekurangan yang sempurna, kelebihan yang mengagumkan, dan entahlah apapun itu. Yang pasti aku mencintaimu.:) Mencintaimu atas dasar hati. Maaf kalau kali ini aku terlalu banyak menyebut kata "hati". Tapi kau bisa membaca, kan, judul yang kubuat? Satu-satunya Hati yang Ingin Kukunjungi.:) HATIMU..:)
       Hanya ke hatimu. Tempat yang benar-benar ingin kusinggahi. Bukan jamuan mewah yang kuinginkan. Aku hanya ingin merasakan kenyamanan tempat indah itu. Ramai dengan berbagai kecamuk, suka, duka, bukan sepi dan hening. Luas dengan bunga, bebatuan, bukan hampa. Kutemukan dinding kokoh di sana. Yang bisa melindungiku, dan bersedia menjadi sadaranku sehingga aku tak terjatuh. Aku bisa tertawa di hatimu. Aku bisa menangis bahagia, bisa tidur dengan nyenyak, bisa bergumam sesuka hati, bernyanyi, menari dan apapun yang ingin kulakukan.
       Terima kasih, Tuhan. Kau telah ciptakan tempat seindah itu selain surga. Tempat dimana aku bisa melakukan apapun. Mungkin Aku memang terlalu banyak meminta kepadamu, Tuhan. Tetapi sungguh, ku hanya ingin bisa mengunjungi tempat itu suatu saat nanti. Tuntun aku menyusuri jalannya. Bimbing aku. Karena di tempat itu pula, aku akan semakin bersyukur kepadaMu. Bersyukur atas surga dunia yang kau berikan. Bersyukur atas hati yang kudapatkan. Amiin..:)

(For you, M.M..:*:))

Sabtu, 18 Februari 2012

Ketika SMS Itu Tak Mendapat Balasan

      Selamat malam.:) Pastinya kau bisa menebak kapan aku menulis ini untukmu. Entah mengapa, malam ini tampaknya aku benar-benar sedang ingin menulis ini untukmu. Untukmu, juga tentangmu. Kuharap kau tahu betapa mengkalnya perasaanku saat kejadian ini terjadi. Betapa gelisah, sedih, kacaunya aku.
      Kau tahu? Aku begitu mengagumimu. Bagiku, banyak hal menarik dalam dirimu. Kulitmu yang bersih, putih, hidungmu (mungkin satu senti lebih mancung dari hidung superpesek ku) yang membuat semua orang selalu senang melihat siluet wajahmu dari samping, dan mungkin bentuk tubuhmu yang proporsional. Ah, tapi itu tidak penting. bagiku ada yang lebih menarik dari itu. Senyum dan sapamu tiap kali kau bertemu denganku. Aku selalu saja merasa kepedean tiap kali kau melakukan itu. Padahal aku tahu, itu hanya bentuk hormatmu kepadaku, kakak kelasmu dari Sekolah Dasar, menengah pertama, hingga sekarang, putih abu-abu.:) hehehe..
      Kau terus melakukan itu. Menyapaku dengan senyuman, atau hanya sekedar berkata "mbak" saat bertemu denganku dimana pun itu. Tak kusadari, senyuman dan sapaanmu itu bagai pupuk yang semakin menyuburkan tanaman bunganya. Aku mulai simpatik denganmu. Mulai memperhatikanmu dan mencari tahu apa pun tentangmu. Aku bertanya pada temanmu, berusaha mendapatkan nomor handphone-mu, dan hingga sampailah pada waktuku untuk berani menghubungimu.
      Kusebut namamu (diikuti tanda baca "?") di SMS pertama yang kukirimkan untukmu. Aku ingat, waktu itu menunjukkan pukul 21.41. Awalnya aku ragu, gemetar, bahkan nyaris tak mampu menekan tombol sent. Akhirnya aku memutuskan untuk menghapus teks yang sudah kuketik dan membatalkan pengiriman SMS perdana itu. Tapi aku bimbang. Keadaan galau membuatku menjadi nekat! Kuketik lagi teks yang sama, kupejamkan mata, kutekan tombol sent dengan kecepatan kilat. Bahkan lebih cepat dari kilat yang membelah langit. Dan AKHIRNYA.... laporan terkirim nongol di layar handphone-ku tak lama setelah itu.
      Aku gemetar. Menerka-nerka balasan apa yang akan kau kirimkan padaku. Aku menunggu. 2 menit, belum ada balasan darimu. 5 menit, nihil. 8menit, 15 menit, 29 menit, sampai hampir satu setengah jam, belum ada inbox darimu. Gelisah, tak bisa tidur, kacau, bingung, galau, dan apa pun itu yang pastinya sangat tidak enak rasanya.
      Hari itu, untuk pertama kalinya aku berani SMS kamu. Dan sialnya, juga tak ada balasan darimu! Tapi, bukan berarti aku harus menyerah dong!!:D:)


(Untukmu, M.M KW2) :-*:-D:-)