Sabtu, 06 April 2013

Kenang

Saat kau bergegas, kala kuning matahari bak telur setengah matang. Saat pohon-pohon menyiluet bagai kelabu yang senyap. Dan saat seulas kabut debu menggantung di atas jangkauan kita. Sekadar bersulang kopi bersama, entah bercakap atau bisu, aku terjebak, terjengkang terjerembab dalam kesunyian yang menuduh. Tapi, ada sebuah rasa aman yang merasuk dalam keheningan yang utuh. Sebelum kau bergegas, lalu beranjak pulang, tengoklah! Serupa oranye keunguan menelan sempurna matahari. Wujudmu, meski hanya ada dalam sel-sel penyambung rentetan masa lalu, sempurna melahap seluruh Kenanganku.

Ranting kering, rapuh tentunya mudah terjatuh dari batangnya. Tak sulit untuk diabukan. Bumiku lengang. Komponen-komponen keriuhan, hiruk-pikuk, kegaduhan, semua melenyap. Entah, bersembunyi atau pergi. Jangan-jangan mati? Yang terKenang, lukamu milikku, perihku belum tentu kau mau merawatnya. Sederhana, tak maukah kau kembali sebentar? Setidaknya sampai kering lukaku. Dan aku, akan menanggung perihmu sepenuhnya.

Bergegaslah! Seraya mengelap peluh menganak. Bergegaslah! Telusuri trotoar sunyi tengah kota. Riuh tapi sepi, hening tapi ramai! Pekat, tidurlah! Jika sungguh Kenang tak mau kembali, pertemukan kami dalam mimpi.