Judul
: Bidadari-bidadari Surga
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2008 (cetakan I), 2010 (cetakan VI)
Tebal buku : vi + 368 halaman
Ukuran buku :
20,5 x 13,5 cm
Ide cerita yang diangkat sangat
sederhana. Tentang pengorbanan seorang kakak (Laisa) demi kesuksesan keempat
adik tirinya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta). Juga cinta,
semangat, kerja keras, dan doa kepada Tuhan mampu memberi power yang besar
dalam hidup Manusia.
Tere-Liye mengemasnya dengan begitu
cantik, menyentuh, dan sangat manusiawi. Deskripsinya tentang keindahan alam
Lembah Lahambay yang dikelilingi batu cadas setinggi lima meter, Gunung Kendeng,
sungai, hutan rimba, dan kebun strawberry nyaris sempurna. Pembaca seolah-olah
menyaksikan sendiri panorama-panorama tersebut di depan matanya, persis
menonton sebuah film dengan alur maju-mundur yang begitu rapat.
Novel ini banyak mengandung petuah-petuah
dengan makna yang dalam. Salah satunya tentang takdir Tuhan bahwa HIDUP,
JODOH, REZEKI, dan MATI adalah sepenuhnya milik Allah. Segala keputusan
akhir mutlak di tangan Allah. Berbagai pemahaman hidup baru akan dapat dipetik
dari novel ini. Pentingnya doa, cinta, semangat, pantang menyerah, dan kerja
keras.
Kak Laisa, seorang teladan dalam
keluarga yang sudah terbiasa bekerja keras setelah babak (ayah)-nya meninggal
karena diterkam harimau Gunung Kendeng. Dengan keterbatasan fisiknya, tubuh pendek, hitam,
rambut gimbal, dan gemuk serta dempal, ia mampu menghidupi segenap keluarganya.
Ya, dia mungkin tidak memiliki
kecantikan fisik yang didambakan oleh setiap lelaki, tetapi ia memiliki
kecantikan hati yang luar biasa yang seharusnya lebih dibutuhkan oleh setiap
lelaki di bumi ini. Bagaimana tidak, Kak Lais dengan ikhlas meminta kepada
mamak (ibu)-nya untuk berhenti sekolah saat kelas 4 SD, demi keempat adik
tirinya tetap bersekolah.
Berkat perjuangan Kak Lais yang luar
biasa, Dalimunte (adik pertama Laisa), seorang anak lembah terpencil di pinggir
hutan berhasil menjadi profesor di bidang fisika level dunia, dengan penelitian
terbarunya tentang “Badai Elektromagnetik Antar Galaksi” yang akan menghantam
planet ini sebelum kiamat. Ikanuri dan Wibisana, dua lelaki kembar tapi beda
yang juga merupakan adik dari Dali, berhasil mendirikan bengkel mobil
modifikasi dan akan membangun pabrik spare-part mobil sport, dan
Yashinta si bungsu yang mendapat beasiswa S2 ke Belanda dan menjadi peneliti
untuk konservasi ekologi, meneliti tentang burung Peregrin atau Alap-alap Kawah
dan sejenisnya, serta menjadi kontributor foto untuk majalah National
Geographic.
Kak Lais, yang hingga usianya 40
tahun lebih sudah beberapa kali gagal menikah, selalu ikhlas dan berhati lapang
untuk dilangkahi adiknya yang lebih dulu mendapatkan jodoh. Prinsip Kak Lais “bahwa
Allah telah mengirimkan keluarga terbaik dalam hidupku, dan itu sudah cukup.
Aku menerima takdir Tuhanku dengan lapang dada,” membuat air mata tak
tertahankan untuk menyeruak keluar.
Hingga
hari kematian Kak Lais tiba. Kanker paru-paru stadium IV yang telah
disembunyikan dari adik-adiknya selama sepuluh tahun tak dapat ditahannya lagi.
Penyakit yang dipendamnya selama ini lah yang memutuskan dan menjadi puncak
perjuangannya dalam hidupnya. Sekaligus menjadi jembatannya menuju kehidupan
kekal.
Dalam novel ini, Tere Liye, pria
kelahiran 21 Mei 1979 itu juga mengangkat beberapa hadits yang dikaitkan dengan
kisah Kak Lais. Membuktikan bahwa kisah ini tidak seringan kapas. Hadits yang
menguatkan Kak Lais sebagai salah satu dari bidadari-bidadari surga. Demikian
bunyinya:
“Dan sungguh
di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (QS Al-Waqiah: 22),
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah.
Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah.
Mereka baik
lagi cantik jelita (QS Ar-Rahman: 70),
Bidadari-bidadari
surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik (QS Ash Shaffat:
49)”
Dalam epilog novel ini, Tere-Liye
menulis:
"Dengarkanlah
kabar gembira ini. Wahai wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat
puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena
keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah ‘terpilih’ di dunia yang amat
keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah), yakinlah, wanita-wanita
shalehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi,
berbuat baik, dan bersyukur, kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari
surga. Dan kabar baik itu pastilah benar. Bidadari surga parasnya cantik luar
biasa."
Hal lain yang menarik adalah pada
beberapa kalimat awal dalam bab 39 (halaman 309) dan bab 44 (halaman 353).
"Terus
terang, mengungkit masa lalu Laisa bukanlah bagian yang menyenangkan. Tetapi
tidak adil jika kalian tidak tahu ceritanya. Apalagi untuk mengerti utuh semua
kisah ini. Mengerti betapa Kak Laisa tulus melakukan semuanya. Maka, dengan
melanggar janjiku kepada keluarga mereka, ijinkanlah aku menceritakannya."
Kemudian di bab 44, sebanyak dua halaman, pengarang
menulis tentang perannya dalam cerita ini. Tere-Liye seakan menjadi saksi atas
peristiwa dalam keluarga Lembah Lahambay. Dia juga salah satu penerima SMS
mamak (selain keempat anak mamak) yang mengabarkan tentang kondisi Laisa menjelang
kepergiannya.
Novel ini sangat layak diapresiasi!
Di tengah situasi negara yang sudah bobrok dan krisis moral, Tere-Liye dengan
cerdas dan menyentuh mampu mengangkat kisah yang sepela namun dapat dijadikan
guru paling bijak dalam hidup paembaa. Apalagi jika kisah dibaca oleh ribuan
bahkan jutaan pasang mata, maka suatu saat hikmah dalam novel ini akan memberi
perubahan besar bagi Indonesia.
Keren sekali ceritanya. Diriku tidak bosan-bosannya membaca kalimat demi kalimat yang berbaris.
BalasHapushehe, iya. banyak hal yang bisa kita pelajari dari novel ini. :)
BalasHapussaya sangat tertarik dengan cerita diatas,,,,maaf masih dengan keluguan saya tentang sastra,novel dll..
BalasHapusapakah cerita diatas benar adanya...???jika memang benar adanya dimanakah kotanya...
InsyaAllah selepas dari negri ginseng ini saya akan ta'aruf kesana...
makasih..
Menyentuh banget
BalasHapus