Sabtu, 02 November 2013

Sunset Bersama Rosie, Tere Liye

 
Sebuah novel karya Tere Liye yang membuat saya mengerti banyak hal. Yang telah menumbuhkan pemahaman-pemahaman baru dalam hidup saya.
 
Tentang definisi cinta, secara paten belum ada yang mampu memaparkan apa itu cinta. Bukan berarti ia tak terdefinisikan. Cinta punya banyak perspektif. Setiap orang berhak, boleh mendefinisikan dan memahami cinta menurut pikiran dan perasaannya masing-masing. Tak boleh disalahkan, dan tak ada yang berhak membenarkan, kecuali pikiran dan perasaannya sendiri.

"Aku tidak tahu apa perasaan itu, Ros. Yang aku tahu aku selalu merasa senang bersamamu. Merasa tenteram dari semua galau. Merasa damai dari semua senyap. Aku merasa kau membuatku setiap hari lebih baik. Menumbuhkan semangat, memberikan energi." -Uncle, Om, Paman Tegar-
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 32)

Ada kalanya cinta dapat membuat seseorang melupakan dirinya sendiri. Yang dia ingat, yang ada dipikirannya hanyalah orang yang ia cintai.

Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar utuk dua hal. Satu, karena jatuh cita. Dua, karena kesedihan yang mendalam. Aku pernah merasakan dua hal itu sekaligus. Cinta dan rasa sedih. Jadi bayangkanlah betapa tidak pentingnya urusan makan.
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 66)
Sakit adalah ketika cinta itu berat sebelah. Ketika dua hati tidak saling, tidak sama-sama berjuang. Bayangkan! Betapa berat beban satu hati yang harus berusaha sendiri, berjalan sendiri, sakit sendiri. Sedangkan hati satunya hanya diam, bahkan tidak respek.

"Padahal kau tau, semua itu sungguh menyakitkan, karena aku tidak pernah tahu apakah kau pernah sekalipun mencintaiku atau tidak" -Sekar-
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 206)

Tetapi, ketika cinta sudah mengeluarkan segala energi positifnya, justru ia akan membangun seseorang untuk menjadi lebih baik. Memberi pemahaman lurus kepada setiap penderitnya. Mengajarkan apa itu keikhlasan memberi tanpa menunggu balasan, mengajarkan untuk merendah dan memaafkan tanpa harus mendendam, meski berat dan menyakitkan. Mengajarkan bahwa sebuah pengorbanan harus dilakukan demi masa depan yang lebih baik.

"Kalian akan tumbuh menjadi anak-anak yang mengerti. Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri." -Uncle, Om, Paman Tegar-
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 246)

Lilin itu membakar tubuhnya sendiri untuk mengeluarkan cahay. Begitulah kehidupan. Kita mengorbankan diri kita untuk sesuatu yang lebih indah. Menerangi sekitar, tanpa peduli kalau itu mneyakitkan kita. Lilin ini hanya hidup semalam, lantas setelah seluruh batangnya habis,  nyalanya akan padam. Selamanya.
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 148-149)
Sayangnya, di sisi lain cinta tetap punya tabiat buruknya. Cemburu, itulah yang tak pernah lepas dari cinta. Watak buruk cinta yang sulit dihilangkan.

"Aku tidak pernah merasakan bagaimana indahnya dicintai lelaki seperti kau mencintai Rosie. Entahlah apa itu menyenangkan atau menakutkan." -Sekar-
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 340)

"Tahukah kau, Tegar, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan." -Oma-
(Tere Liye, Sunset Bersama Rosie, halaman 410)

Kesimpulan dari novel ini:
Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar