Minggu, 01 Juni 2014

Langit dan Laut



Tentang sebuah kebohongan, dari semburat jingga dan senja
Kepada langit, juga kepada laut

Tanyakan pada langit, apakah ia pernah bertemu dengan laut?
“tidak, langit hanya selalu bercermin pada indah air kacanya”, camar mewakili langit
Demikian pula pada laut, apakah ia pernah berjumpa dengan langit?
“tidak, laut hanya mampu melihat kemegahannya dari jauh”, karang menyulihi laut

Lalu, ketika kau di pinggir pantai petang hari, apa yang kau lihat?
Langit, laut, dan setengah matahari tengah bersenggama.
Akrab, dekat, tapi sejatinya mereka jauh, tidak pada satu tempat.

Apa lagi yang bisa kau percaya dari senja?
Bahkan keindahan merah keunguannya palsu.
Ia hanya berpura-pura mempertemukan dua hal yang jauh,
Tak ada seujungpun yang akan mempersamakan.

Apa lagi yang bisa kau andalkan dari senja?
Bahkan, ketika pasir melegam, matahari nyaris karam, ia pergi.
Menghitamkan perahu-perahu nelayan, menyisakan debur yang sepi
Kembali meninggalkan langit dan laut sendirian dalam ketidakbersamaan
Malah terkadang menjejakkan mendung, membuat langit menangis
Dan laut terhunjam buliran hujan
Berkat senja, kini langit dan laut saling tersakiti
Auliya Ulfa