Tentang sebuah
kebohongan, dari semburat jingga dan senja
Kepada langit,
juga kepada laut
Tanyakan pada
langit, apakah ia pernah bertemu dengan laut?
“tidak, langit
hanya selalu bercermin pada indah air kacanya”, camar mewakili langit
Demikian pula
pada laut, apakah ia pernah berjumpa dengan langit?
“tidak, laut
hanya mampu melihat kemegahannya dari jauh”, karang menyulihi laut
Lalu, ketika kau
di pinggir pantai petang hari, apa yang kau lihat?
Langit, laut,
dan setengah matahari tengah bersenggama.
Akrab, dekat,
tapi sejatinya mereka jauh, tidak pada satu tempat.
Apa lagi yang
bisa kau percaya dari senja?
Bahkan keindahan
merah keunguannya palsu.
Ia hanya
berpura-pura mempertemukan dua hal yang jauh,
Tak ada
seujungpun yang akan mempersamakan.
Apa lagi yang
bisa kau andalkan dari senja?
Bahkan, ketika
pasir melegam, matahari nyaris karam, ia pergi.
Menghitamkan
perahu-perahu nelayan, menyisakan debur yang sepi
Kembali
meninggalkan langit dan laut sendirian dalam ketidakbersamaan
Malah terkadang
menjejakkan mendung, membuat langit menangis
Dan laut
terhunjam buliran hujan
Berkat senja,
kini langit dan laut saling tersakiti
Auliya Ulfa