Senin, 16 Februari 2015

Sebutir Rasa



*Backsong: Dealova by Once
Sebutir rasa yang sejak lama telah tersemai dengan sendirinya. Butir itu menumbuhkan akar di sekujur tubuhnya. Mencengkeram bongkahan hati, kemudian berkembang di sana. Sungguh aneh, ketika tumbuhnya terlalu pesat, tanpa pupuk, tanpa ada yang mengairi. Bahkan, sekarang sebutir itu telah menjadi pohon yang kokoh, berbuah sampai jatuh, menyemai butir baru. Kini, entah sudah berapa ratus, ribu, bahkan juta pohon kokoh yang terus berkembang di taman hati.
Tentu, semua orang tau bahwa tulisanku tak akan jauh dari perihal kamu. Tak terkecuali kali ini. Pohon-pohon itu makin menjadi-jadi. Pohon-pohon itu terkadang begitu munafik, Sayang. Ada kalanya ia berbunga, wangi, indah. Ada kalanya bunga itu gugur tiba-tiba, lalu tumbuh benalu yang begitu memberatkan tangkai-tangkainya. Pergantiannya tak tentu. Begitu merepotkan sang pemilik taman hati. Tentu saja, sang pemilik berusaha keras mengurus taman itu agar tetap indah, setidaknya benalu tidak merundukkan dahan-dahan pohonnya. Dengan cara apapun, dengan jalan manapun, tak segan ditempuh.
Taman hati itu layaknya sebuah harapan, Sayang. Terus diusahakan hingga suatu hari nanti taman itu bisa subur dengan pohon-pohon yang berbunga indah, banyak dihinggapi serangga pemburu nektar. Dan taman-taman di negeri-negeri dongeng akan benar-benar nyata, dengan kastil tinggi lebar di ujungnya, berpenghuni seorang raja dan ratu.
Siapa yang mau harapan itu dicacah oleh luka? Tapi, jika pada akhirnya harus demikian, tak usah kau tanya seberapa sanggup pemilik taman berlapang dada. Karena sesungguhnya selapang-lapangnya hati seseorang adalah ketika ia ikhlas memberikan waktunya untuk merawat sesuatu yang siapa tau nantinya justru akan mengoyak jiwanya dan merusak tubuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar