Selasa, 13 November 2012

Terlanjur

"Siapa suruh aku mencintaimu?"

Dan aku harus menjawab apa atas pertanyaan itu? Mencintai bukan sebuah kesengajaan. Ia datang tiba-tiba dan tanpa sopan memenuhi ruang pikiran dan rongga hati. Lantas kau menyalahkanku? Terserah! Kepalang tanggung, sudah terlanjur!

Apapun, yang sudah terlanjur memang sulit dihentikan. Tapi bukan berarti tidak bisa. Hanya saja aku tidak mau melakukannya. Untuk apa aku memaksa perasaanku untuk berhenti melakukan apa yang dia mau, sedangkan aku sendiri merasa itu sebuah keadaan yang "comfort"? Sakit yang nyaman lebih tepatnya.

Ada sebuah ketertarikanku atas dirimu. Fisik? Jelas! Kau tampan, apa adanya. Ah, tapi itu tidak penting. Jika ada daftar prioritas, ketampanan ada di bawah inner beauty dan attitude. Bahkan ada di bawah "kefokusan mata menatap", juga di bawah ini, itu, dan di bawah yang lainnya. Banyak yang lebih menarik darimu dibanding sekedar sebuah wujud fisik.

Ada lagi yang paling utama, masalah hati. Jadi, tak bisa kujawab jika kau bertanya kenapa aku mencintaimu. Bukan karena tanpa alasan, tapi karena saking banyaknya alasan. Alasan yang mustahil untuk kupaparkan, kudeskripsikan. Aku, otakku, hatiku, dan Tuhan yang tahu secara pasti.

Lalu, kau tak nyaman dengan perasaanku? Kau menyuruhku menjauh? Bisa, hanya secara manifes! Namun secara laten, tentunya aku masih mengamatimu dari jauh, juga dari dekat. Masih sering merasa cemburu ketika kau "sedikit" dekat dengan perempuan. Masih sering terkagum dengan alur berpikirmu yang sering kautulis di akun sosial mediamu. Juga masih sering lirik-lirik waktu ketemu kamu. Yah, kan saling sapa sudah kauharamkan! Aku tak mau dosa dalam hukum cinta. Sanksinya cukup berat: Kau akan semakin jauh!

Perasaan memang terlajur tertanam. Lalu mengakar dan mencengkeram bongkah imajinasi. Hasilnya, di mana pun, kapanpun, kamu selalu ada walaupun sebenarnya tak ada. Kau tahu? Aku sering mengobrol dengan bayanganmu. Bercerita banyak hal kepadamu. Semacam monolog, aku menjadi diriku, juga menjadi dirimu. Seperti orang gila ya? Mungkin lebih dari gila, dan belum ditemukan apa namanya. Sebuah fanatisme yang wajar dan manusiawi.

Mungkin kau malas membaca tulisanku. "Buat apa?", pikirmu. Itu hakmu, tapi menulis ini juga hakku. Jangan kausalahkan!! Karena Tuhan tak pernah menyalahkanku atas hal ini. Tidak pernah!!


Ditulis dengan cinta dan sedikit emosi,

Auliya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar