Rabu, 05 September 2012

Mungkin, Aku Memang Pemalu Nomor Satu di Muka Bumi Ini

Lagi-lagi, aku hanya bisa bersembunyi di balik tubuh teman-temanku saat kudapati kamu. Di mana pun itu, ketika sepasang mataku menemukanmu, hatiku seperti tersentak. Kaget bukan kepalang. Entahlah apa yang membuatku merasa demikian.

Kau tahu? Setiap hari di sekolah, ketika istirahat kedua, aku selalu memasang wajah cemas di balik jendela kaca kelasku, lantai dua. Menatap tajam ke arah pancuran mushola tempatmu biasa berwudhu. Menghitung detik, sampai menit, hingga akhirnya kau muncul di bawah sana. Mataku memang tak begitu tajam menangkap sosokmu yang lumayan jauh di bawah, tapi aku tahu betul itu kamu. Karena apa? Karena mata dan hati ini sudah terbiasa dengan perasaan untukmu.

Sungguh, aku ingin selalu menatapmu. Ketampananmu, dan keramahanmu selalu kurindukan. Tapi perasaan hati selalu menolak, tak kuasa lebih tepatnya. Terlanjur meleleh dan meluber tak terarah terlebih dahulu. Tubuhku selalu mendadak seperti kehilangan tulang, melunglai dan terjatuh tepat di ujung kakimu.

Jujur saja, aku malu bertemu denganmu. Meski kamu selalu menyapaku, tetap saja, ada yang berbeda. Iya, mungkin karena kamu memang tak sama dengan yang lain menurutku. Aku rasa, aku sudah cukup berusaha untuk "biasa saja" di depanmu. Tapi sayang, hati nurani memaksa. Ia lebih mengikuti perasaanku ketimbang otakku. Andai saja ada semacam abolisi untuk hati.

Aku selalu takut menampakkan diri di depanmu. Takut bajuku kurang pantas, takut kerudungku berantakan, intinya, takut tidak telihat menarik di matamu. Aku minder. Padahal, belum tentu juga kamu mempermasalahkan tentang hal itu. Jika boleh aku bertanya, Bagaimana definisi "menarik" menurutmu? Beri tahu aku dan aku akan melakukannya. Semacam akulturasi dan asimilasi, akan kupadukan definisimu dengan definisiku, menjadi satu kesatuan yang padu.

Ketika dunia memiliki penghuni yang mayoritas adalah pemalu, maka aku lah pemegang rekor pertama. Kamu tahu ciri-ciri orang yang sedang merasakan malu? Bermuka merah, mengalihkan pandangan, tubuhnya dingin, menutup muka atau mengepalkan tangan, lantas berjalan lebih cepat, bahkan lari sesegera mungkin. Tepat, itu adalah aku saat bertemu denganmu. Entah sengaja atau tidak, dan antara kau sadar atau tidak.

Maaf, jika aku selalu salah tingkah saat berinteraksi denganmu. Membuatmu tak nyaman dan risih (mungkin). Kalau sudah perasaan yang berkeinginan, apa daya otak dan perbuatan? Sekali lagi maaf, semoga kamu mengerti tentang ini. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar