Rabu, 26 September 2012

Menunggu Hujan

 
"Apa yang kaulakukan di sini, Nona?"
"Oh, aku sedang menunggu.."
"Menunggu siapa gerangan?"
"Hujan..."
"Ini musim kemarau, Nona. Hujan masih lama"
"Lantas?"
"Mungkin kau akan bosan berlama-lama di pinggir danau ini. Hanya diam, melamun, dan kau lihat, sekelilingmu sepi"
"Tidak, hujan sebentar lagi datang"
"Kau tidak mengamati langit? Begitu cerahnya ia. Mustahil untuk hujan"
"Kenapa kau menebak seenaknya? Itu urusan Tuhan."
"Tapi Nona, aku tak tega melihatmu sendirian di sini. Hutan ini banyak binatang buasnya"
"Aku sudah berkawan dengan mereka"
"Semakin tidak mengerti dengan yang kau maksud, wahai Nona cantik"
"Itulah laki-laki. Mana ada mereka yang benar-benar menganalogikan perasaan? Ketika hanya logika yang didewakan, banyak yang menangis, tersakiti di balik itu. Bahkan, lebih sakit dari luka bekas terkaman binatang buas. Lelah? Iya. Lebih lelah dibanding menunggu hujan di musim kemarau. Paham kau sekarang wahai pria yang bijaksana?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar